Hari Ibu Bukan Mother’s Day?

Tidak bisa dipungkiri bahwa peran seorang ibu dalam membesarkan anak-anak, mengurus suami dan keluarga sangatlah penting. Bahkan kesuksesan seorang suami kadang dipengaruhi oleh peran istri dibalik layar. Seorang ibu adalah pahlawan bagi keluaga. Dalam islam, kedudukan seorang ibu sangatlah dimuliakan. Jadi seharusnya kita memang dituntut untuk menghargai, menghormati dan menyayangi ibu sebagai orang tua yang melahirkan  kita. Sepatutnya pula kita mengucapkan terimakasih atas jerih payah ibu dalam perjuangannya membesarkan kita. Dan bukan sesuatu yang berlebihan jika hal tersebut lantas dimanifestasikan dalam bentuk peringatan dengan memilih satu hari dalam setahun untuk sejenak mengingat pentingnya peran seorang ibu.

Ada sebagian pendapat yang mengatakan asal mula munculnya peringatan hari ibu itu dari adat orang romawi kuno dalam peribadatan dan penyembahan dewi Rhea , istri Dewa Kronos, dengan penyelenggaraan festival Cyble yang diadakan di Roma mulai tanggal 15-18 Maret. Dan selain itu orang romawi kuno juga memiliki hari besar lain yang disebut Matronalia, sebagai peringatan dewi Juno di mana hari itu para ibu-ibu diberikan hadiah. 

Di Inggris dan Irlandia ada istilah mothering Sunday yang sering disebut mother's day. Hari ini deperingati pada minggu ke empat bulan Lent (bulan puasa), tepatnya 3 minggu sebelum hari paskah. Kebiasaan ini dianggap berasal dari kunjungan tahunan ibu-ibu ke gereja abad ke 16 yang dipercayai bahwa pada hari Ini juga para ibu-ibu itu harus bersatu bersama anak-anakmereka.

Sedangkan di Amerika, perayaan hari ibu jatuh pada minggu kedua bulan Mei, karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara. Ketika itu ia menyerukan untuk merayakan “Mother’s Day” demi mendorong sikap cinta damai, anti perang saudara  dan pelucutan senjata diantara wanita. Perayaan itu disponsorinya sendiri selama 10 tahun di Boston sebelum akhirnya terhenti dengan sendirinya.

Sebagian menganggap bahwa Anna Jarvis yang melakukannya ketika pada 1907 ia mengadakan perayaan Hari Ibu pribadi untuk mengenang ibunya, Ann Jarvis, di Grafton, West Virginia yang telah mengorganisir “Mother's Day Work Clubs” untuk meningkatkan kesehatan dan kebersihan di lingkungan tempat tinggalnya. Anna Jarvis berupaya mendapatkan pengakuan yang lebih luas terhadap “Mother’s Day”. Kampanyenya tersebut belakangan mendapat dukungan finansial dari John Wanamaker, seorang pedagang pakaian di Philadelphia. Pada tahun 1908, dia berperan dalam mengatur pelayanan di Gereja Andrew's Methodist Episcopal di Grafton, West Virginia, yang dihadiri oleh 407 anak-anak dan ibu mereka. Gereja ini sekarang telah menjadi Kuil “Mother’s Day” Internasional. Ini merupakan penghargaan untuk semua ibu dan telah ditetapkan sebagai National Historic Landmark di Amerika.

Waktu peringatan “Mother’s Day” di Amerika cenderung ditiru oleh negara-negara seperti Australia, Kanada, Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan atau Hongkong.

Di Indonesia sendiri, Hari Ibu jatuh pada tanggal 22 Desember dan diperingati setiap tahunnya. Makna Hari Ibu  yang awal ditetapkannya  diartikan sebagai hari dimana bersatunya kaum perempuan se-Nusantara bersama-sama bangkit  dalam memperjuangkan kemerdekaan melawan penjajah dan perbaikan nasib perempuan serta melibatkan perempuan dalam pembangunan bangsa tanpa embel-embel gender dan lain-lain. 
 
Mari kita menegok ke belakang, sejarah adanya Hari Ibu di Indonesia yang diperingati secara nasional.
.
Di era Kartini, kita mengenal sosok Kartini sebagai perempuan bangsawan cerdas yang selalu memikirkan nasib perempuan-perempuan yang dipingit , tidak diberikan pendidikan dan beraktifitas hanya sebatas didalam mengurus rumah tangga saja. Setelah surat-surat Kartini dkumpulkan dan diterbitkan dalam sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang, ini menjadi apirasi dan kesadaran pada perempuan akan pentingnya pendidikan dan mendobrak kebiasaan-kebiasaan lama yang membuat perempuan tidak bisa maju dan berperan dalam masyarakat ,termasuk dalam memperjuangkan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
 
Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan memunculkan sekolah-sekolah untuk perempuan seperti yang dilakukan oleh Dewi Sartika dan Rohina Kudus. Dengan perkembangan pendidikan serta kesadaran akan pentingnya peran perempuan maka muncullah aktifis-sktifis perempuan dan organisasi-organisasi perempuan.

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I 22-25 desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandala bhakti Wanita tama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di jawa dan sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai kongres wanita Indonesia (kowani). 

Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 ketika perempuan-perempuan muda yang pada awalnya hanya membantu suami, tetapi akhirnya sungguh-sungguh terlibat dalam perjuangan bersenjata melawan penjajah, bahkan menjadi pemimpin pasukannya. Hal ini dapat dilihat pada sosok seperti Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Cut Mutia , R.A.Kartini, Walanda Maramis , Emmy Saelan, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, Laksamana Malahayati dan lain-lain. 

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.

Tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Tanggal 22 Desember dipilih untuk mengenang diselenggarakannya Kongres Perempuan pertama, 31 tahun sebelumnya.

Hari Ibu diperingati oleh banyak orang sebagai hari dimana mengungkapkan rasa terimakasih dan kasih sayang pada ibu yang telah melahirkan kita. Memberikan kado pada ibu ataupun para suami membebaskan ibu dalam pekerjaan rumah tangga, memasak masakan spesial untuk ibu pada hari tersebut. Di kantor-kantor juga banyak kita jumpai perayaan hari ibu dengan mengadakan lomba memasak, merangkai bunga dan banyak lagi lomba atau berbagai perayaan lain. 

Namun ada yang menggelitik dan terasa sumbang bila membandingkan sejarah dengan kenyataan. Hari Ibu yang diartikan sebagai “Mother’s Day” sungguh sangat mengaburkan sejarah. Disini “Ibu” diartikan sebagai perempuan yang melahirkan kita, sosok yang lemah lembut, pasif sebagai pendamping suami bukan sebagai perempuan  dalam artian umum. Padahal dari sejarah ditetapkannya “Hari Ibu”, yang ingin dimaknai disini sebenarnya adalah ibu sebagai seorang “perempuan” dengan semangat juangnya, dengan perannya dalam banyak hal, bukan sekedar mengurus anak, suami atau rumah tangga semata. Mungkin pemakaian kata Ibu inilah juga yang menjadi sebab sehingga  terjadi kesalahkaprahan.

Akhirnya, dari paparan di atas, tampak peringatan Hari Ibu 22 Desember di Indonesia amat tidak konsisten karena secara makna lebih cenderung mengarah ke worshiping motherhood, seperti di Eropa dan Timur Tengah, tapi prakteknya cenderung menjiplak apa yang dilakukan masyarakat Amerika Serikat. Dari sisi waktu pelaksanaan peringatan mengikuti tanggal di mana pejuang perempuan bangsa bersatu! 

Jika ingin konsisten dengan sejarah, kita seharusnya mengembalikan hari penting itu kepada makna sejatinya, yakni mengenang perjuangan dan keterlibatan perempuan dalam usaha perbaikan nasib bangsa dari berbagai persoalan, tanpa melupakan penghargaan, rasa terima kasih dan puja-puji terhadap peran dan jasanya sebagai ibu. Atau jika penekanannya lebih kepada kado, pembebasan tugas atau memberi hadiah pada hari penting itu, apakah layak kita pindahkan Hari Ibu pada bulan Maret atau Mei saja – seperti pelaksanaan Mother’s Day di negara-negara lain?

Mari kita selalu menegok ke belakang, ke sejarah lahirnya peringatan Hari Ibu di Indonesia agar tidak salah dalam memaknai  Hari Ibu. Semoga kita bisa mendapat pemahaman yang lebih komprehensif terhadap peran “perempuan sebagai seorang ibu” atau peran “ibu sebagai seorang perempuan”. Selamat hari Ibu buat seluruh perempuan Indonesia. 

Sumber Wikipedia Indonesia

by: Kata Dunia, 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar